Hildegardis lahir di Rhineland-Palatinate, Jerman pada tahun 1098. Ayahnya adalah seorang bangsawan kelas bawah yang mengabdi pada raja muda (Count) Meginhard of Sponheim. Karena sering sakit-sakitan, sejak berumur delapan tahun ia diserahkan pada bibinya Jutta, kepala biara susteran Benediktin, agar dididik menjadi seorang biarawati. Kelak, setelah Yutta meninggal pada tahun 1136, Hildegardis terpilih menggantikannya.

Sejak masih kecil, Hildegardis  telah dikaruniai pengalaman rohani yang luar biasa. Ia dapat meramalkan akan adanya peristiwa-peristiwa jauh sebelum terjadi, serta mengalami berbagai  penglihatan. Ia dikatakan mendengar nyanyian dari surga yang ia tuangkan dalam lagu-lagu gubahannya.

Banyak orang mendengarkan kisah Hildegardis dengan takjub. Tetapi ada pula yang bersikap sinis dan bahkan menganggapnya kurang waras. Buah penanya sangat banyak. Lazimnya ia mendiktekan buah pikirannya kepada seorang biarawan, yang kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin.

Buku-buku karyanya berisi antara lain; penglihatan-penglihatan, penjelasan tentang Injil, kehidupan rohani dan regula Santo Benediktus. Ia juga menulis perihal ilmu pengetahuan alam, tentang tubuh manusia, penyakit serta obat-obatnya. Ia menulis kisah hidup para kudus, menggubah banyak syair, nyanyian rohani dan musik liturgi.

Hildegard senantiasa sibuk. Namun masih sempat juga ia berkeliling Jerman memperingatkan para bangsawan, imam dan uskup yang cara hidupnya tidak pantas. Ia selalu mengajak orang agar mau mengubah cara hidup, menerima penderitaan dan bersemangat tobat. Terdorong oleh keprihatinannya akan keadaan Gereja, ia kerapkali berkotbah dengan berapi-api di alun-alun kota. Orang-orang terpukau, insaf dan bertobat. Ia tak jemu-jemunya menyurati para pemimpin seperti paus, kaisar, raja dan tokoh penting lainnya, misalnya Santo Bernardus dari Clairvaux. (qq)